RECOFTC Indonesia
Cerita

Menciptakan Kopi Berkelanjutan di Bantaeng, Indonesia

04 March 2019
RECOFTC
Pada tahun 2016, M. Irzad Syafar melihat adanya masalah pada produksi kopi lokal di Bantaeng, Sulawesi Selatan, salah satu pulau besar di kepulauan Indonesia.
Talk of the Forest

"Saatnya panen kopi," kenang Syafar dalam video yang diproduksi RECOFTC. “Pedagang datang dan mengatakan harga kopi akan turun keesokan harinya dan harus segera dipetik." 

Syafar yang bukan berasal dari keluarga petani tahu jika kopi dipetik secara terburu-buru akan sedikit nilainya. "Saat itulah saya menyadari bahwa itu adalah tipuan para pedagang," katanya

Dengan kekayaan alam yang dimiliki Bantaeng, produk agroforestri seperti kopi telah memberikan mata pencaharian bagi masyarakat lokal secara turun-temurun. Dan di salah satu kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia (40%), dampak buruk dari perubahan iklim dan teknik perdagangan predator dari beberapa pedagang akan memiliki dampak yang lebih besar, baik secara ekonomi maupun ekologis. “Dominasi dua pemain ini membuat harga kopi tidak bisa naik,” kata Adam Kurniawan, Direktur Balang Institute, merujuk pada dua pembeli yang mayoritas membeli kopi di Sulawesi Selatan. Selain itu, petani di daerah tersebut menghadapi kendala tambahan seperti daya tawar yang rendah, pengelolaan tanaman yang buruk, dan persaingan yang tinggi di antara produsen petani kecil

Processing coffee

Faktor-faktor tersebut mendorong Syafar untuk membuat koperasi dengan para petani di Bantaeng, mengingat pentingnya kopi bagi budaya lokal. "Mengembangkan kopi sangat cocok karena merupakan sumber daya alam yang melimpah [dan] memiliki pasar yang luas," kata Syafar seraya menambahkan bahwa "masyarakat di sini telah memiliki budaya kopi yang sudah lama dipegang." Memanfaatkan masalah yang ada, Syafar membantu menciptakan Akar Tani pada tahun 2016 untuk mengamankan harga dan membantu masyarakat setempat

“Kalau kita di koperasi,” kata Syafar, “kita bisa menetapkan harga yang tidak akan berubah. Harga tidak akan diturunkan." 

Sejak pembentukan Akar Tani, RECOFTC telah terlibat dalam berbagai inisiatif pengembangan kapasitas. Pada tahun 2016, RECOFTC memfasilitasi pelatihan manajemen risiko bisnis untuk membantu koperasi menavigasi tahap awal. Baru-baru ini, sebagai bagian dari satu inisiatif, RECOFTC mengadakan studi banding ke Koperasi Klasik Beans, sebuah koperasi yang sukses di Jawa Barat, sehingga para petani dari Bantaeng dan Bulukumba dapat belajar lebih banyak tentang bisnis pertanian kopi dan menerapkan praktik tersebut ke koperasi mereka sendiri

Kurniawan juga mencatat pentingnya permodalan, menambahkan bahwa, “Poin penting dari keterlibatan RECOFTC adalah bahwa RECOFTC menghubungkan kami dengan sumber pinjaman modal, dalam hal ini Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan."

Meski pembiayaan meningkat, masih ada tantangan. Pertama, koperasi mengalami kesulitan dalam memasok kopi dalam jumlah yang sesuai kepada para pedagang di Makasar. Untuk mengatasi hal tersebut, Akar Tani berharap dapat menghasilkan modal yang cukup untuk meningkatkan anggota koperasi, sehingga menghasilkan kopi yang cukup untuk memenuhi pasokan. Dan dalam waktu dekat, Akar Tani juga berharap dapat mengembangkan kapasitas pemasaran, menyediakan branding yang diperlukan untuk kopi spesial mereka. 

Kopi, bagaimanapun, adalah tanaman padat lahan; apakah itu berasal dari kebun rumah atau sistem agroforestri, itu tergantung pada akses ke lahan. Itulah sebabnya Pusat sekarang bekerja untuk memperkuat kepemilikan tanah dan meningkatkan modal untuk koperasi.  

Bergabunglah dengan RECOFTC dan ketahui lebih dalam tentang pekerjaan kami di Sulawesi Selatan, Indonesia