Pemberdayaan Perempuan sebagai Pemimpin Gender di Indonesia

05 May 2021
Lasmita Nurana
Pelatihan untuk memberdayakan perempuan Indonesia dapat mendukung penerapan kesetaraan gender di bidang kehutanan.
Notes from the Field

Namira Arsa mengalami perkembangan pesat dalam dua tahun terakhir. Perkembangannya sebagai individu mencakup transformasi peran dari petugas administrasi menjadi ahli gender. Saat ini, dia memimpin kegiatan gender dan memberi pelatihan seputar kesetaraan gender di Sulawesi Selatan, Indonesia.

Awalnya, lembaga tempat Namira bekerja, Sulawesi Community Foundation (SCF) menunjuknya untuk memegang kegiatan gender hanya karena pada saat itu dia adalah satu-satunya perempuan di kantor. Sejak saat itu, dia telah belajar banyak dan bertumbuh dalam menjalankan tugas tersebut.

“Bagi rekan-rekan saya, gender hanya berarti perempuan,” kata Namira menjelaskan saat dia berbagi kekhawatiran terhadap tanggung jawab barunya.

Bekerja bersama RECOFTC melalui program WAVES atau Weaving Leadership for Gender Equality (WAVES) initiative telah membuka pintu menuju dunia yang sangat baru untuknya. WAVES merupakan inisiatif pelatihan kepemimpinan yang difasilitasi oleh RECOFTC. Inisiatif ini sangat membantu dalam pengembangan kapasitas untuk mengadvokasi kesetaraan gender.

“Saya lebih percaya diri dengan kemampuan saya sejak mengikuti pelatihan WAVES,” kata Namira saat melakukan presentasi di lokakarya online pada bulan Februari 2021.

Setelah mengikuti pelatihan di Jakarta dan Bangkok pada tahun 2019, dia mulai mewakili SCF dan melakukan perjalanan ke beberapa kelompok masyarakat pedesaan di seluruh Kabupaten Bulukumba untuk menerapkan pengetahuan dan berbagi keterampilan barunya.

Pembahasan seputar isu gender masih merupakan sebuah konsep baru di sini, katanya. Laki-laki di Sulawesi adalah kepala rumah tangga yang dipatuhi dan sering menilai pelatihan gender sebagai upaya yang mendorong perempuan untuk memberontak. Akibatnya, Namira mengalami beberapa penolakan dari beberapa kelompok masyarakat di desa. 

Namira Arsa, gender expert for the Sulawesi Community Foundation in Indonesia, speaks at the RECOFTC’s Weaving Leadership for Gender Equality (WAVES) training in 2019.
Namira Arsa, pegiat gender yang bekerja di Sulawesi Community Foundation di Indonesia, melakukan presentasi di salah satu pelatihan Weaving Leadership for Gender Equality (WAVES) oleh RECOFTC pada tahun 2019. Foto: ©RECOFTC Indonesia

Meskipun pekerjaannya menantang, Namira menganggap hal itu memberi manfaat secara pribadi dan pengalaman baru.

“Program ini membantu saya menemukan semangat baru,” kata Arsa. “Tahun lalu, saya memutuskan untuk mengambil gelar master dalam bidang gender dan pembangunan di Universitas Hasanuddin.”

Namira bergabung dengan para pemimpin lain dari WAVES pada suatu lokakarya daring tanggal 18 dan 19 Februari 2021 untuk merefleksikan pencapaian, pembelajaran, dan memetakan rencana beberapa bulan ke depan dengan perwakilan dari pemerintah Indonesia, organisasi lokal, dan mitra di Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Thailand, dan Vietnam. 

SCF mempresentasikan rencana kerjanya dalam peningkatan upaya supaya lebih banyak kelompok masyarakat menyadari tingginya dinamika gender dengan menggunakan pelatihan yang difasilitasi melalui inisiatif WAVES.

“Sulawesi Community Foundation kini menjadi panutan bagi kegiatan inklusif gender,” kata Namira dalam lokakarya tersebut. “Misalnya, kami membantu petani perempuan dari kelompok masyarakat di Desa Kahayya supaya lebih berdaya dalam inisiatif mereka berbagi hasil panen dengan masyarakat marjinal yang terkena dampak Covid-19.”

Bersama Namira, beberapa pemimpin gender dari Indonesia juga berbagi pengalamannya dalam lokakarya tersebut.

Kusdamayanti mengepalai Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau BDLHK di Bogor. Beliau berbagi pengalamannya dalam mengembangkan kurikulum pelatihan tentang pengarusutamaan gender dan menjadi focal point gender dan pembicara di beberapa kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Saat ini, beliau bertanggung jawab sebagai Koordinator Proyek untuk Percepatan Pengarusutamaan Gender di BDLHK dan telah menerima penghargaan dari KLHK atas kerja kerasnya dalam mendorong pengarusutamaan gender dan implementasi di departemennya. Beliau telah menjadi inspirasi bagi unit-unit lain di KLHK untuk memulai pengarusutamaan gender.

Mardha Tilla works for Rimbawan Muda Indonesia (RMI), a local organization based in Bogor, on gender issues.
Mardha Tilla dari Rimbawan Muda Indonesia (RMI), sebuah organisasi lokal di Bogor, bekerja untuk isu-isu gender. Foto: ©RECOFTC Indonesia

Mardha Tilla dari Rimbawan Muda Indonesia (RMI), sebuah organisasi lokal di Bogor, sekarang mampu memadukan isu gender dalam semua aktivitasnya karena partisipasinya dalam pelatihan yang diberikan oleh WAVES.

“Rimbawan Muda Indonesia responsif gender, tetapi masih memerlukan perbaikan dalam beberapa bidang,” jelas Mardha. “Terlibat dengan kaum muda adalah salah satunya. Kaum muda cepat menerima ide-ide baru dan bertindak kalau ada permasalahan seputar gender. Akan tetapi, energi dan semangat mereka harus dapat dimanfaatkan dengan lebih baik oleh organisasi.

Para pemimpin WAVES telah mengarusutamakan gender ke dalam pekerjaan mereka dan beberapa diantaranya bahkan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum institusi pendidikan di Indonesia.

“Inisiatif WAVES telah membantu saya mendorong Universitas Hasanuddin untuk memasukkan gender dan inklusi sosial ke dalam mata kuliah di semua fakultas,” kata Novaty Dungga, dosen Universitas Hasanuddin. “Kedepannya akan semakin banyak akademisi yang memahami pentingnya memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berkontribusi dalam pembangunan tanpa memandang gender, suku, atau agamanya.”

 

###

Inisiatif Weaving Leadership for Gender Equality (WAVES) meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan mendukung kapasitas para pemimpin dalam mengadvokasi kesetaraan gender. RECOFTC mengimplementasikan WAVES dengan dukungan dari Swedish International Development Cooperation Agency (Sida). 

Cerita ini dibuat dengan dukungan dari Uni Eropa tanpa mencerminkan pandangan Uni Eropa. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang inisiatif ini dan kegiatan lain yang didanai oleh Uni Eropa, kunjungi tautan proyek Voices for Mekong Forests.