RECOFTC Indonesia
Cerita

Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda dalam Pembangunan Nasional

18 July 2024
Lasmita Nurana
Peningkatan kapasitas kaum muda dan pemberdayaan potensi melalui pelatihan dan keterlibatan aktif dalam berbagai inisiatif merupakan kunci untuk memastikan kontribusi positif muda-mudi Indonesia dalam pembangunan nasional.
Notes from the Field
Foto: ©RECOFTC Indonesia

Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, kaum muda dari berbagai penjuru dunia menjadi kekuatan vital untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 2020, jumlah kaum muda usia 15-24 tahun mencapai 1,2 miliar, atau sekitar 16% dari populasi global. Proyeksi untuk tahun 2030 menunjukkan peningkatan menjadi 1,3 miliar, menegaskan peran krusial kaum muda dalam transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Indonesia sendiri memiliki populasi kaum muda yang signifikan, dengan 64,16 juta jiwa atau sekitar 24% dari total penduduk pada tahun 2023 berusia antara 16-30 tahun. Dengan angka yang signifikan itu, Indonesia didukung bonus demografi dimana 74% usia produktif populasinya memiliki 38% untuk generasi Z dan 36% untuk generasi milenial dari total penduduk Indonesia sebanyak 275 juta jiwa. Dengan adanya bonus demografi itu, program perhutanan sosial menjadi penting untuk membuka lapangan kerja bagi kaum muda dan meningkatkan perekonomian melalui kewirausahaan kreatif bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Angka tersebut menunjukkan pentingnya posisi generasi muda sebagai kelompok strategis dan prioritas untuk terlibat dan berpartisipasi dalam upaya pemanfaatan hutan lestari demi kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan kapasitas.

Untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam memberdayakan potensi kaum muda dan mengembangkan inklusivitas, RECOFTC Indonesia, melalui inisiatif Gender Equality dan Social Inclusive (GESI), mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dan membentuk jejaring kaum muda dalam pengelolaan perhutanan sosial pada tanggal 26-29 Mei 2024 di Jakarta.

Foto: ©RECOFTC Indonesia
Peserta pelatihan yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Foto: ©RECOFTC Indonesia

Pelatihan Kepemudaan: Mempersiapkan Pemimpin Perhutanan Sosial

Kegiatan peningkatan kapasitas ini  dimaksudkan untuk melahirkan local champion  di kalangan kaum muda yang keluarganya merupakan penerima izin kepemilikan perhutanan sosial, sehingga ke depannya mereka dapat mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan dengan perspektif yang peka terhadap isu gender.

Sebanyak 21 peserta dari Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Riau, dan Sumatera Barat, mengikuti pelatihan seri pertama yang berfokus pada kaum muda dari keluarga penerima Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial. Pehutanan sosial sudah menjadi program nasional Presiden Joko Widodo sejak 2014 untuk mendukung dan memastikan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan yang akan datang. 

Salah satu narasumber perwakilan Pemerintah Indonesia, Ir. Nurhasnih, MM, selaku Kasubdit Kewirausahaan Perhutanan Sosial, dalam presentasinya menyampaikan pentingnya pengelolaan hutan secara berkelanjutan. “Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat harus berjalan paralel dengan kelestarian hutan dan sama-sama terjaga keberlanjutannya. Dalam meningkatkan pendapatan dan penghidupan masyarakat, kegiatan wirausaha akan dapat mendukung kelestarian hutan dan kaum muda merupakan salah satu faktor inti untuk memastikan keberlanjutan itu.”

Pengembangan Kapasitas Melalui Seri Pelatihan Holistik

Kegiatan pengembangan kapasitas untuk kaum muda terbagi menjadi dua seri pelatihan yang berbeda dalam pendekatan dan implementasinya:

Yang pertama adalah pelatihan tatap muka (luring) tanggal 26-29 Mei 2024 yang melibatkan interaksi langsung antara peserta dan pelatih/fasilitator kepemudaan yang ahli di bidangnya. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang aspek-aspek kritis dalam perhutanan sosial dan membangun keterampilan praktis yang diperlukan.

"Seri pertama pelatihan ini benar-benar memberikan kesempatan belajar bagi kami, terutama saya, untuk secara langsung mengetahui kemampuan diri sendiri dan meningkatkannya, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan teman-teman baru yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia," ucap Akri Sandri dari desa Rambahan, Riau. “Saya merasakan bertambahnya pengetahuan saya tentang hutan dan skema perhutanan sosial, melalui nilai yang saya peroleh pada tes sebelum dan sesudah pelatihan,” tambahnya.

Yang kedua adalah pelatihan jarak jauh (daring), yang rencananya akan diadakan pada bulan Agustus 2024. Sebagai kelanjutan dari sesi pelatihan yang pertama, pelatihan yang kedua akan dilaksanakan dengan pendekatan daring yang memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran kontinu dan kolaborasi antara peserta dari berbagai wilayah. Peserta akan diberikan tugas praktek di lokasi tempat tinggal mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka peroleh.

Dengan membangun pemimpin muda yang berkompeten dan berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan, RECOFTC Indonesia berharap dapat menciptakan dampak positif yang signifikan dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal saat mereka kembali ke tempat tinggalnya.

“Dalam menghadapi tantangan global yang meliputi kerusakan lingkungan dan hutan, kaum muda memiliki peranan penting dalam memberikan motivasi dan aksi yang diperlukan. Melalui berbagai kegiatan, inisiatif, dan program, termasuk pelatihan ini, RECOFTC Indonesia mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kapasitas dan membangun jejaring kepemudaan yang berfokus pada perhutanan sosial,” kata Gamma Galudra, Direktur RECOFTC Indonesia dalam pidatonya.

Foto: ©RECOFTC Indonesia
Pelatihan dilaksanakan menggunakan berbagai metode, salah satunya dengan permainan dan berbagai sesi interaktif. Foto: ©RECOFTC Indonesia

Dampak dan Harapan Ke Depan

Partisipasi aktif kaum muda dalam pelatihan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman dan pentingnya kesadaran terhadap isu-isu perhutanan sosial, tetapi juga memperluas jejaring dalam rangkaian global yang lebih luas. “Bagian paling menarik buat saya adalah ranking/score pengelolaan dan pengembangan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang bisa langsung dipelajari saat kunjungan lapangan ke Sunter Agung Rw.05”, kata Aris Ramdani dari Sukabumi, yang terpilih menjadi ketua kelas selama empat hari saat pelatihan berlangsung. “Selain itu saya juga memahami pentingnya kesetaraan gender dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam menjalankan tugas-tugas di level kepemimpinan”. 

Para peserta pelatihan ini diharapkan dapat menjadi kaum muda yang berdaya sebagai agen perubahan dalam perhutanan, lingkungan, dan pembangunan sosial. Melalui serangkaian pelatihan yang holistik, keterampilan teknis, dan pengetahuan kaum muda akan dapat memperkuat kepemimpinan dan kolaborasi lintas budaya. Semangat kaum muda untuk terlibat dalam solusi berkelanjutan adalah modal berharga bagi masa depan yang lebih baik di Indonesia.

“Pelatihan ini sungguh sangat membuka mata dan memberi banyak ilmu baru. Bagian yang paling menarik selama empat hari itu adalah metodenya yang fun menggunakan games dan sangat interaktif, sehingga materinya mudah dipahami dan ditangkap. Terima kasih kepada tim RECOFTC dan semua panitia yang telah bekerjakeras menyelenggarakannya,” kata Rini Hasanah, salah satu peserta dari Sumatera Barat yang mendapatkan penghargaan atas usaha dan pengetahuannya seputar perhutanan di Indonesia. Saat ini Rini juga berkerja sebagai pendamping perhutanan sosial Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Ranah Pantai Cermin wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPTD KPHL) Hulu Batanghari.

Program GESI selama lima tahun ke depan akan fokus pada peningkatan kapasitas generasi muda, khususnya dalam isu perhutanan sosial. “Kami berharap mereka menjadi generasi penerus pengelola kawasan hutan yang telah mendapat izin perhutanan sosial,” kata Reny Juita, Koordinator Kemitraan RECOFTC Indonesia. “Dalam jangka panjang, mereka diharapkan menjadi pemimpin dalam mengembangkan dan melaksanakan perhutanan sosial di desanya.”

Foto: ©RECOFTC Indonesia
Peserta pelatihan berfoto bersama narasumber dan fasilitator. Foto: ©RECOFTC Indonesia