RECOFTC
Cerita

Hutan Model Margowitan: Pendekatan Terpadu untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Keberlanjutan Hutan

30 September 2024
Lasmita Nurana
Hutan Model Margowitan, yang terbentang di area seluas 468.000 hektar, telah berfungsi selama hampir dua dekade. Selama 20 tahun terakhir, hutan ini telah menyediakan berbagai opsi dan pilihan untuk mata pencaharian masyarakat di sekitarnya demi penghidupan yang lebih baik. Akan tetapi, berbagai tantangan masih menjadi kendala, terutama dalam memastikan kemandirian anggota masyarakat dan stabilnya pendapatan mereka.
Talk of the Forest
Staf Perhutani di kebun pembibitan jati yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur, Indonesia.
Staf Perhutani di kebun pembibitan jati yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur, Indonesia.

Terletak di Jawa Timur, Indonesia, Hutan Model Margowitan merupakan lanskap hutan produksi yang penting, dengan batas wilayah yang mencakup empat kabupaten—Madiun, Ponorogo, Ngawi, dan Magetan. Dikenal dengan keanekaragaman hayati yang kaya dan praktik pengelolaan hutan berkelanjutan, hutan model ini didirikan hampir 20 tahun yang lalu, dengan Perum Perhutani sebagai lembaga utama, dan tidak lepas dari kolaborasi serta kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah daerah dari keempat kabupaten tersebut, serta perwakilan masyarakat yang tergabung dalam koperasi petani setempat.

Selama bertahun-tahun, Margowitan telah menjadi laboratorium yang terbuka untuk mempelajari dan menerapkan pelestarian ekologi serta pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat. “Bagi masyarakat di empat kabupaten, hutan ini berperan penting dalam menyeimbangkan kebutuhan lokal dengan konservasi lingkungan,” kata John Novarly, narahubung untuk Hutan Model Margowitan. Beliau menambahkan, “Hutan ini memberikan peluang penghidupan yang sejalan dengan upaya perlindungan sumber daya alam.”

Pemberdayaan Ekonomi

Salah satu cara terbesar yang telah dilakukan Hutan Model Margowitan dalam membuat perubahan adalah dengan memperkuat kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal. Melalui kemitraan perusahaan-komunitas yang mendukung penghidupan lokal, anggota masyarakat dapat terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan hasil hutan non-kayu, budidaya tanaman obat, dan ekowisata.

Pemasaran produk hutan dari Margowitan dilakukan secara internasional maupun domestik, sehingga masyarakat mendapatkan sumber pendapatan tambahan. Demikian pula, perkembangan ekowisata telah memberikan mereka peluang kerja baru. Banyak anggota masyarakat bekerja sebagai pemandu wisata, pengelola penginapan sederhana atau homestay, dan pengrajin suvenir.

Lanskap Hutan Model Margowitan juga telah menyediakan lahan penghidupan pada bidang ekoturisme dan pariwisata. Salah satunya, Astuti Arini, seorang mahasiswa berusia 21 tahun dari Magetan, bekerja sebagai pemandu wisata di Taman Hutan Mojosemi di lokasi ekowisata Gunung Lawu. "Saya belum genap satu tahun bekerja lepas atau freelance di sini, tetapi dalam waktu yang singkat ini, saya sudah banyak dapat pelajaran baru," katanya. "Tentunya saya dapat bayaran, tapi pekerjaan ini juga memberi saya kesempatan untuk bertemu wisatawan dari berbagai negara, bertukar pengetahuan, dan berteman dengan mereka.”

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Selama bertahun-tahun, Hutan Model Margowitan telah berhasil meningkatkan kualitas hidup anggota masyarakatnya. Mereka kini memiliki pendapatan yang lebih stabil dan beragam serta akses yang lebih baik terhadap layanan dasar. Keberlanjutan hutan dan lingkungan yang lebih sehat juga turut berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu kisah sukses yang menonjol adalah budidaya konjac, tanaman umbi-umbian yang dikenal secara lokal dengan sebutan 'porang', dan sangat populer sebagai makanan di Tiongkok, Korea, dan Jepang. Porang tumbuh di daerah pegunungan di antara tegakan jati, mahoni, dan sonokeling, dan petani di Margowitan melaporkan keuntungan besar dari budidayanya. Nurrosid, seorang petani dari Desa Kuwu di Madiun, misalnya, mengungkapkan bahwa dia memperoleh USD 7.000 (sekitar Rp.114 juta) dari panen porangnya di tahun 2023. Meskipun keberhasilan ini patut dirayakan, tantangan tetap ada dalam meningkatkan produksi dan menjaga standar kualitas budidaya porang.

Konjac corms, ready for processing at a factory in Madiun, East Java
Porang yang siap diolah di sebuah pabrik yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur.

Di sisi lain, ekowisata juga semakin berkembang di kawasan pegunungan Margowitan. Melalui kemitraan antara Perhutani, pihak swasta, dan masyarakat lokal, ditawarkan kegiatan wisata hutan dengan pemandu dan pengalaman "glamping" yang mencakup layanan berkemah dengan fasilitas lengkap dan produk lokal.

Koperasi juga menjadi kisah sukses lainnya. Sri Wahyuni, seorang pemimpin koperasi di Magetan, memulai usahanya pada tahun 2008 dengan dua ekor sapi. Ia dulu menjual susu dari pintu ke pintu karena awalnya sulit mencari pembeli. Pada 2012, ia bergabung dengan koperasi dan mendapat pelatihan yang membantu meningkatkan produk dan keterampilan penjualannya. Kini, ia memiliki 18 ekor sapi dan menjual produk susunya melalui toko koperasi yang ia kelola bersama tim yang sebagian besar terdiri dari pemuda dan perempuan. Kesuksesan Wahyuni telah menginspirasi masyarakat lainnya. Pertumbuhan usaha semacam ini menjadi contoh bagaimana peluang ekonomi dapat mendorong kemakmuran masyarakat sambil mempromosikan pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dan Rehabilitasi

Hutan Model Margowitan menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan perlindungannya. Masyarakat diundang untuk terlibat dalam kegiatan penanaman kembali, patroli hutan, dan pemantauan satwa liar. Hal ini membantu menjaga keberlanjutan hutan sekaligus meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melindungi lingkungan.

Program pengelolaan hutan ini juga menyediakan insentif bagi anggota masyarakat yang aktif melindungi hutan. Insentif ini dapat berupa bantuan pertanian, pelatihan dan peningkatan kapasitas, perbaikan infrastruktur desa, atau akses terhadap layanan lingkungan. Dengan demikian, masyarakat merasa memiliki kepentingan langsung dalam melindungi hutan.

Sumarno, seorang petani dari Ponorogo dan ketua Kelompok Masyarakat Desa Hutan setempat, berbicara tentang bagaimana keberlanjutan dapat dipastikan melalui kemitraan yang terbentuk dengan Hutan Model Margowitan. "Saya pertama kali belajar tentang sistem agroforestri dari Perhutani," katanya. "Ini membantu saya bertahan selama pandemi Covid-19 dan masa lockdown karena penghasilan saya tidak bergantung hanya pada satu tanaman.”

Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan

Program pendidikan lingkungan telah diperkenalkan di sekolah-sekolah di kawasan Hutan Model Margowitan, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Materi yang diajarkan mencakup pentingnya hutan dan keanekaragaman hayati serta cara-cara untuk melindungi lingkungan. Kelompok siswa Saka Wanabhakti di Mojokerto, misalnya, biasanya mengorientasi anggota baru dengan mengajak mereka berkemah di Gunung Lawu.

Selain itu, berbagai lokakarya dan seminar juga diadakan untuk masyarakat. Topik yang dibahas meliputi teknik pertanian ramah lingkungan, pengelolaan limbah, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Pendidikan ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih sadar lingkungan dan berkelanjutan.

Tantangan Kedepan

Meski berhasil, para pemangku kepentingan Hutan Model Margowitan, termasuk Perhutani, menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk penurunan pendapatan. Tekanan pasar global dan permintaan yang berfluktuasi telah menyebabkan penurunan pendapatan dari minyak kayu putih, getah pinus, dan kayu. Pada tahun 2024, sebuah pabrik minyak kayu putih lokal yang dibuka pada tahun 2022 harus menghentikan produksi, berdampak pada petani lokal yang selama dua tahun telah menjual daun kayu putih ke pabrik tersebut.

Tantangan besar lainnya adalah memastikan kemandirian Hutan Model Margowitan. Saat ini, Hutan Model masih bergantung pada Perum Perhutani sebagai pemangku kepentingan utamanya. Diperlukan upaya untuk memobilisasi sumber daya yang ada dan mengeksplorasi lembaga lain yang dapat memberikan dukungan kepada Hutan Model Margowitan. Dukungan tersebut mungkin tidak selalu berupa dana, tetapi melalui fasilitasi dan pelatihan.

Ke depannya, para pemangku kepentingan Margowitan harus berinovasi dalam strategi ekonomi mereka untuk memastikan keberlanjutan. Melakukan analisis pasar akan sangat penting untuk mengidentifikasi peluang ekonomi baru dalam produksi hutan berkelanjutan dan layanan ekosistem. Tata kelola kolaboratif dan model ekonomi inovatif juga akan menjadi kunci untuk menghadapi transisi ini dengan sukses.

Margowitan's diverse landscape includes farms, forests, rivers, and mountains, managed in partnership with local communities
Bentang alam Margowitan yang beragam meliputi pertanian dan hutan, dikelola melalui bekerja sama dengan masyarakat setempat.

RECOFTC Mendukung Pengelolaan Hutan Berkelanjutan dan Penghidupan yang Lebih Baik

Since assuming the role of Secretariat of the Regional Model Forest Network–Asia (RMFN–Asia) in January, RECOFTC has embarked on introductory visits to Model Forests across Asia to engage with local stakeholders and assess each landscape. 

Sejak mengambil peran sebagai Sekretariat Jaringan Model Hutan Regional–Asia (RMFN–Asia) pada Januari, RECOFTC telah melakukan kunjungan pengenalan ke Hutan Model di seluruh Asia untuk berinteraksi dengan para pemangku kepentingan lokal dan menilai setiap lanskap.

Tim RECOFTC mengunjungi Margowitan awal tahun ini dan mencatat pencapaiannya serta perlunya mengatasi tantangan yang ada. Julian Atkinson, Manajer Sekretariat Jaringan Model Hutan Regional–Asia, mengatakan, “Hutan Model Margowitan adalah contoh nyata bagaimana pengelolaan hutan berkelanjutan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat sekitar. RECOFTC berharap dapat mendukung para pemangku kepentingan Hutan Model Margowitan untuk membangun keberhasilan utama ini.”

Seiring berjalannya waktu, masyarakat di sekitar Hutan Model Margowitan mulai melihat hutan tidak hanya sebagai sumber daya, tetapi juga sebagai aset yang harus dilindungi dan dilestarikan. Kesadaran ini telah menciptakan hubungan yang lebih harmonis antara manusia dan alam, membantu memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati manfaat yang sama seperti yang dinikmati oleh anggota masyarakat saat ini.

 

###

Lasmita Nurana adalah perwakilan Komunikasi RECOFTC Indonesia.

Regional Model Forest Network–Asia didukung oleh Pemerintah Kanada melalui Program Kepemimpinan Global di bawah Departemen Sumber Daya Alam.

Kegiatan RECOFTC dapat terlaksana berkat dukungan Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC) dan Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA).